Sabtu, 28 Januari 2012

Tentukan Tujuan Hidupmu

Ibnu Qudamah mengatakan :”Sesungguhnya pernah terbetik dalam pikiranku untuk mempermisalkan dunia dan para penghuninya dengan para penumpang di sebuah bahtera yang terdampar di sebuah pulau disebabkan angin lautan yang sangat kencang menghantam mereka. Pulau itu sendiri adalah tambang segala permata dan batuan mulia ; yaqut, zamrud, zabarjah, mutiara, intan dan emas serta bebatuan indah lainnya dan tanaman yang beraroma harum semerbak.Di pulau itu juga terdapat sungai-sungai yang mengalir dan aneka taman. Akan tetapi di sana juga ada sebuah wilayah yang hanya menjadi kekuasaan seorang raja. Tempat itu dikelilingi dan dibatasi oleh pagar dan tembok yang melindungi perbendaharaan kekayaan sang raja beserta semua keluarga dan budak-budaknya.
Maka tatkala para penumpang bahtera itu turun di pulau itu, kepada mereka diumumkan : “Kalian akan tinggal di pulau ini hanya dalam sehari semalam. Karenanya gunakanlah waktu kalian yang amat singkat ini untuk sedapat-dapatnya mengumpulkan mutiara-mutiara berharga yang bertebaran…”.

Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi dan tekad yang kuat pun segera memilih dan mengambil mutiara-mutiara berharga yang dimaksud. Mereka bersungguh-sungguh dan serius dalam bekerja. Bila keletihan, mereka akan segera mengingat betapa berharganya nilai mutiara-mutiara yang telah mereka dapatkan. Mereka juga segera menguatkan hati mereka dengan mengingat betapa singkatnya waktu yang disediakan buat mereka untuk tinggal di pulau itu.
Mereka meninggalkan segala kesenangan, lalu melanjutkan kesungguhan dan pekerjaan mereka.
Bila rasa kantuk mulai menyerang mereka, mereka kembali mengingat itu semua hingga kenikmatan tidur itupun sirna…Keletihannya pergi…
Adapula sekelompok penumpang yang lain, mereka mengumpulkan beberapa mutiara saja lalu beristirahat dan tidur bila waktu rehat dan tidur tiba.
Sedangkan penumpang yang lainnya sama sekali tidak menyentuh mutiara-mutiara itu sedikitpun. Mereka lebih memilih bersenang-senang dan berleha-leha. Di antara mereka ada yang memilih membangun rumah, istana dan bangunan yang megah. Adapula yang sekedarnya saja mengumpukan bejana dan batuan tak bernilai. Mereka benar-benar hanya menyibukkan diri mereka dengan menikmati kelezatan-kelezatan, mendengarkan hikayat-hikayat serta alunan musik yang membuai. Bagi mereka,”Biji padi yang dapat dituai hari ini lebih baik daripada permata yang dijanjikan kelak.”
Jenis penumpang ketiga ini mulai melirik wilayah kekuasaan sang raja. Mereka pun mulai membuat celah dan masuk secara paksa ke dalam wilayah itu. Mereka menghancurkan pintu-pintunya, merampas apa saja yang ada di situ dan berbuat tidak senonoh terhadap budak dan anak-anak sang raja.
Dan lonceng tanda keberangkatanpun dibunyikan. Panggilan untuk para penumpang pun dikumandangkan agar mereka bergegas.
Mereka yang telah mengumpulkan begitu banyak mutiara dan menyimpannya menyambut panggilan itu dengan suka cita. Mereka sama sekali tidak merasa sedih, kecuali karena tidak lagi bisa mengumpulkan permata dan intan yang lebih banyak lagi…Sedangkan kelompok penumpang yang kedua, kesedihan mereka semakin bertambah sebab mereka tidak sungguh-sungguh mengumpulkan permata-permata berharga itu. Begitu banyak kelalaian mereka. .Semakin sedihlah mereka karena mereka akan meninggalkan rumah yang telah mereka bangun…
Mereka akhirnya berangkat tanpa membawa bekal apapun…Menempuh perjalanan yang menakutkan….
Perjalanan bahtera itupun akhirnya berakhir juga di kota tujuan paling akhir. Segera diumumkan kepada seluruh penghuni kota : “Kini telah tiba suatu kaum yang dahulu pernah singgah di sebuah pulau tambang emas dan permata…”. Para penduduk kota berduyun-duyun menyambut mereka. Dan saat sang raja melihat mereka, ia bertitah : “Perlihatkanlah barang bawaan kalian padaku !”.
Para penumpang yang telah berhasil mengumpulkan permata di pulau itu menunjukkan bawaan mereka kepada sang raja. Raja senang. Ia memuji mereka seraya berkata : “Kalian adalah orang-orang khususku, ahli majelis dan kecintaanku. Kalian boleh mendapatkan apa saja yang kalian inginkan dari kemurahanku.” Sang raja kemudian mengangkat mereka menjadi raja-raja seraya memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan. Bila mereka meminta,mereka akan diberi.
Kepada mereka disampaikan,”Ambillah apa yang kalian inginkan dan putuskanlah apa yang kalian kehendaki !”. Merekapun segera mengambil istana-istana, rumah-rumah tinggi dan mewah, bidadari-bidadari, taman-taman dan wilayah kekuasaan.menemani dan memandang sang raja yang diagungkan. Bila mereka meminta sesuatu, raja akan segera memberinya. Bahkan sebelum mereka memintanya pun sang rajalah yang akan terlebih dahulu memberikan pada mereka.
Adapun kelompok penumpang kedua, saat mereka ditanya,”Dimanakah gerangan barang bawaan kalian ?”, mereka menjawab : “Kami tidak mempunyai barang bawaan…”"Celakalah kalian ! Bukankah kalian telah berada di tambang emas dan permata ?
“Iya, tentu saja. Namun kami lebih memilih untuk berleha-leha dan tidur di sana”, jawab mereka.”Kami disibukkan untuk membangun rumah dan tempat tinggal,” jawab yang lain.”Sementara kami disibukkan hanya untuk mengumpulkan bebatuan dan kerang,” ujar yang lain lagi.
Maka dikatakanlah kepada mereka :
“Kalian sungguh celaka ! Tidakkah kalian mengetahui betapa singkatnya masa tinggal kalian di pulau itu ?? Dan betapa berharganya nilai permata yang ada di sana ? Bukankah kalian mengetahui bahwa pulau itu bukanlah tempat tinggal kalian yang sesungguhnya ?? Bukankah kalian telah diberikan peringatan dan nasehat oleh para pembawa nasehat ??!”"Tentu, demi Allah ! Kami sungguh mengetahuinya, tapi kami pura-pura bodoh. Kami telah dibangunkan namun kami pura-pura tidur. Kami mendengarkan namun kami pura-pura tuli dan tidak mendengarkan,” jawab mereka.
Mereka hanya bisa menggigit jari dengan penuh penyesalan. Menangisi kelalaian mereka. Terdiam menyesal dan kebingungan.
Sedangkan kelompok yang ketiga, mereka lebih galau lagi. Mereka telah merusak wilayah kekuasaan raja di pulau itu. Mereka datang seraya memikul dosa-dosa di atas punggung mereka. Putus asa. Diam membisu. Penuh kebingungan dan kelimpungan.
Sang raja yang diagungkan murka kepada mereka. Raja pun mengusir dan menjauhkan mereka dari istananya. “Jika mereka bersabar (menderita adzab) maka nerakalah tempat diam mereka, dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang yang diterima alasannya.” (QS 41 : 24)
Sahabatku…Tidakkah engkau merasakan bahwa yang dikisahkan oleh Ibn Qudamah itu sesungguhnya adalah kita sendiri ? Bukankah penumpang bahtera itu adalah kita, dan bukan siapa-siapa ?. Tapi dimanakah permata-permata itu ? Atau mungkin kita sekarang ini sibuk membangun istana di pulau dunia ini. Bahkan mungkin kita telah mengoyak dan melanggar batas-batas kekuasaan Sang Raja di pulau ini ?
Masih ada waktu, Sahabat. Panggilan perjalanan itu belumlah dibunyikan. Kita hanya perlu menentukan tujuan hidup di ‘pulau’ dunia ini. Penentuan itulah yang akan mengubah paradigma kita tentang dunia. Apakah ia hanya tempat persinggahan, atau justru di sinilah tujuan akhir kita berlabuh.
Jadi, tentukanlah tujuan hidupmu.Dapatilah apa yang bisa kau dapati di dunia ini untuk akhirat kelak.
Buletin Al Munir Jum'at 4 Rabiul Awwal 1433/ 27 Januari 2012

0 komentar:

Posting Komentar